Menag: Manuskrip Nusantara Mengandung Pesan Toleransi

By Admin

nusakini.com-- Kementerian Agama menggelar Semiloka Manuskrip Ulama Nusantara se Asia Tenggara. Menteri Agama menyambut baik hal ini dan berharap pesan yang terkandung didalamnya bisa digali dan dirumuskan menjadi instrumen efektif dalam menyelesaikan tantangan zaman. 

"Manuskrip Nusantara sebagian besar mengajarkan pola pikir moderat (fikrah tawassuthiyah), toleran (fikrah tasamuhiyah), reformatif (fikrah ishlahiyah), dinamis (fikrah tathawwuriyah), metodologis (fikrah manhajiyah)," kata Menag saat memberikan sambutan pada acara Semiloka Manuskrip Ulama Nusantara Se-Asia Tenggara, di Jakarta, Rabu (12/10). 

Menurutnya, manuskrip nusantara dapat dikembangkan dan difungsikan bagi penguatan tatanan kehidupan umat yang menghargai perbedaan persepsi, cara berpikir, dan pemahaman serta akomodatif terhadap budaya lokal. Dari situ, pesan yang terkandung dalam manuskrip diharapkan mampu menjembatani dan menengahi perdebatan faham keislaman yang tengah berlangsung dewasa ini, sekaligus menghindari pertumbuhan berbagai bentuk ekstremisme keagamaan di wilayah Asia Tenggara khususnya. 

"Manuskrip Nusantara dapat difungsikan sebagai sumber untuk membentuk, memperkuat dan mendesain model kehidupan umat Islam moderat (ummatan wasathan) di Indonesia khususnya yang lebih mengedepankan Islam sebagai rahmatan lilalamin yang mengutamakan keamanan, kerukunan, dan kedamaian dalam kehidupan," tambah Menag. 

Di hadapan 100 peserta semiloka, Menag Lukman lalu memaparkan sekilas substansi pesan pada beberapa manuskrip karangan Hamzah Fansuri (yang ditulis abad 16), Nuruddin Ar-Raniry (abad 17), Abdurrauf al Singkili (abad 17), dan Nawawy al Bantani (abad abad 19 awal), Syekh Ahmad Nahrawi, Syekh Ahmad Dimyati, Walisongo. Menurutnya, sebagian besar mengajarkan pesan yang sangat relevan dengan kebutuhan teologis, paham ajaran, fikih politik keumatan bagi umat Islam dewasa ini. 

Sebelumnya Kepala Balitbang dan Diklat Kemenag Abdurahman Mas'ud menyampaikan dalam laporannya bahwa ulama-ulama terdahulu banyak meninggalkan manuskrip-manuskrip yang menjadi warisan budaya. Bagi Abdurahman Masud tradisi manuskrip menjadi khazanah dan tradisi yang luar biasa. 

Disampaikan Abdurahman Masud bahwa tujuan Semiloka ini untuk menyusun model pengelolaan dalam manuskrip Ulama, mengidentifikasi isu-isu kekinian, menganalisis masalah managerial manuskrip, dan membangun program-program kolaborasi dan jaringan untuk memayungi manuskrip serta memanfaatkan manuskrip Ulama Nusantara untuk penguatan masyarakat Asia Tenggara.(p/ab)